Desain Interior Untuk Kelas Atas Saja?

Kamirudj Ziman
4 min readFeb 22, 2021

--

“Oh, desain interior…”

Dengan nada seperti berupaya mencari sambungan-sambungan pertanyaan, berharap agar percakapan terkait topik jurusan kuliah saya ini dapat sedikitnya diperpanjang, namun seringkali gagal. Terkadang responnya malah balik bertanya “Apa itu?”, seraya menunjukan mimik bingungnya. Terpaksa saya harus menjelaskan agak panjang tentang apa desain interior itu, tidak lupa menekankan perbedaannya dengan ilmu dan profesi arsitektur.

Setidaknya seperti itu lah pengalaman saya tiap ditanya “Kuliah di jurusan apa?”. Reaksi-reaksi diatas muncul dari beragam jenis orang. Dari kerabat, teman sekolah dulu, supir taksi online, mas-mas yang juga sedang menunggu panggilan antrian, dan lainnya. Nyaris jarang sekali saya jumpai seseorang yang cukup familier dengan desain interior, yang mengetahui lingkup produknya maupun yang pernah menggunakan jasanya. Tidak berlebihan rasanya jika mengatakan bahwa pengalaman-pengalaman tadi mencerminkan sedikitnya pengetahuan masyarakat luas akan desain interior, baik ilmu maupun profesinya. Bagi saya, ini sebuah ironi.

Semua orang menghabiskan besar bagian waktunya dalam sebuah ruang interior. Ketika bekerja di ruang kantor, belajar di kelas, berpergian dengan mobil maupun transportasi umum, dan atau setidaknya beristirahat di dalam rumah. Ruang interior pada akhirnya akan selalu meliputi kegiatan kita setiap harinya. Tak peduli apakah dia seorang konglomerat kota besar ataupun petani diujung desa.

Sebegitu dekatnya kita dengan ruang interior, namun mengapa masih banyak yang jauh dengan produk & pelaku desain interior? Kenapa keilmuan ini belum dikenal baik oleh masyarakat luas? Apa yang mengganjal hingga desain interior belum dapat terdistribusi dengan baik?

Barangkali satu sebabnya adalah karena hingga saat ini masih terdapat kecenderungan bahwa desain interior, sebagai sebuah produk, lebih dapat dinikmati oleh mereka yang tergolong ekonomi kelas atas. Pada mereka yang mampu membeli, atau sekedar melewatinya. Sebutlah ruang-ruang komunal yang banyak terdapat desain interior didalamnya. Seperti hotel, bandara, perkantoran, kafe & restoran, rumah sakit mewah, serta berbagai bangunan elit lainnya. Juga pada hunian tempat tinggal, rasanya hanya yang berpenghasilan diatas rata-rata yang mampu membayar desain interior dalam rumah & apartemennya.

Sementara desain interior amat jarang kita jumpai pada bangunan masyarakat jelata, seperti bangunan pasar, puskesmas, sekolah negeri, kantor kelurahan, sampai pada rumah-rumah susun. Sekalipun mereka sama-sama ruang huni & mewadahi aktivitas, yang menaungi manusia didalamnya. Akibat absennya desain interior yang baik, banyak diantara bangunan rakyat biasa ini yang menghasilkan persoalan-persoalan baru.

Pada bangunan rumah susun misalnya. Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah merumuskan dalam sebuah expo 2018 lalu, mengenai permasalahan-permasalahan yang umum dijumpai pada rusunawa. Diantaranya yang terkait dengan interior adalah: Pencahayaan & sirkulasi udara kurang baik akibat bukaan-bukaan ruang yang terbatas; Tata letak ruang yang padat dan terkesan sesak; Hingga Kurangnya fleksibilitas sehingga tidak ada ruang untuk penyesuaian terhadap kondisi & pertumbuhan keluarga. Selain itu terkait dengan citra arsitektural, terdapat persoalan mengenai visual bangunan yang terganggu akibat banyaknya jemuran menempel di fasad bangunan, oleh sebab kurangnya ruang jemur yang tersedia dalam ruang hunian. Persoalan pada rusunawa, juga pada bangunan rakyat biasa lainnya, tak perlu terjadi apabila didapati desain interior yang baik di dalamnya.

Segmen Desain Interior Yang Terjangkau

Bahwa hingga saat ini desainer interior lebih banyak melayani klien dari golongan kelas atas dapat dimaklumi. Lantas bukan berarti kita, sebagai pelaku desain interior, selamanya mengeksklusifkan produk-produknya pada mereka. Banyak hal yang dapat dilakukan desainer interior untuk mendistribusikan produknya hingga ke masyarakat ekonomi kebawah. Satu diantaranya yaitu dengan memunculkan segmen produk yang jauh lebih terjangkau

Merancang desain interior yang terjangkau untuk masyarakat kelas bawah dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan-pendekatan baru terkait penggunaan material dan bahan misalnya. Produk desain dapat ditekan harganya sedemikian rupa dengan memadukan beragam material dan bahan yang ringan, murah, sekaligus sustainable. Mari ambil contoh karya arsitek besar Indonesia Ahmad Djuhara, yaitu Steel House. Alih-alih menggunakan struktur tembok dan beton layaknya rumah pada umumnya yang notabene mahal, sang arsitek menggunakan material baja dalam rangka meminimalisir biaya. Dengan berbagai eksperimen dan otak-atik, arsitek Djuhara cukup berhasil dalam merancang dan membangun rumah dua tingkat dengan harga yang murah. Dengan paradigma dan metodologi yang sama, sepatutnya desainer interior juga mampu menciptakan produk-produknya agar kian terjangkau pada segmen ekonomi kebawah.

Menghadirkan produk bersegmen bawah akan menumbuhkan permintaan-permintaan baru pada desain interior. Demand baru yang muncul dengan adanya supply baru. Pemahaman tentang desain interior akan menjamur luas, dan kebutuhan akan ruang interior yang berkualitas menjadi timbul ke permukaan.

Bayangkan jika hal tersebut dapat terealisasikan, dan rumah makan nasi padang pinggir jalan kesukaan anda merancang ulang dapurnya, agar lebih higienis dan menghasilkan masakan yang lebih bersih. Atau sekolah-sekolah negeri yang membuat ruang kelasnya lebih menyenangkan, sehingga meningkatkan semangat belajar di dalamnya. Dan mungkin kamar-kamar pada rusunawa dapat tampak lebih luas, karena menggunakan desain perabot multifungsi yang dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan tanpa memakan banyak tempat.

Sumber gambar:

https://www.arsitag.com/project/da-residence/photo/76997
https://m.medcom.id/nasional/metro/nbw1B4DK-98-penghuni-rusunawa-pulogebang-menunggak
https://wartakota.tribunnews.com/2020/01/20/video-rusak-parah-begini-suasana-belajar-di-sd-negeri-samudrajaya-04-kabupaten-bekasi
https://apkpure.com/interior-design-schools-class/com.SchoolInteriorDesign.bintangapp
https://travel.kompas.com/read/2018/11/05/161400027/ini-rahasia-harga-makanan-warteg-tetap-murah-di-jakarta-yang-serba-mahal
https://retaildesignblog.net/2016/10/06/seasonstable-korea-buffet-restaurant-by-cj-foodville-seoul-south-korea/
https://lintangnews.com/bulan-ramadhan-puskesmas-araskabu-tetap-layani-pasien-seperti-biasa/
https://hmcarchitects.com/news/hospital-lobby-design-trends-and-their-place-in-design-2020-05-06/

--

--

Kamirudj Ziman
Kamirudj Ziman

Written by Kamirudj Ziman

0 Followers

Seorang mahasiswa desain interior

No responses yet